Bismillahirrahmaanirrahiim, semoga Allah merahmati
sahabat sahabatku semua : )
17 Jumadil Akhir :’)
Alhamdulillah setelah satu minggu aku absen ngaji,
hari ini aku hadir. Sudah amat rindu dengan masjid, dengan suara anak anak yang
dengan serentak melantunkan ayat suci Al Quran, melihat mereka berebut
mengambil kitab, bersalam - salaman setelah shalat fardhu magrib, melihat
senyuman tanpa dosa, mereka yang doanya lebih dekat dengan Allah, dan mereka
pula yang lebih rajin mendekatkan diri pada Allah. AKU? JAUH !
Ternyata jadwal intensifku sore. Dan bubarnya pun
bertepatan dengan adzan magrib. Sudah satu minggu ini, aku tidak intensif di
masjid :’( ingin pindah jadwal intensif snmptn-nya L aku rindu semua tentang
masjid. Semua tentang masjid.
Tapi bukan kerinduanku yang ingin kucurahkan kali ini.
Hari ini sepulang ngaji, aku dan beberapa teman yang lain tidak langsung
pulang. Kami membicarakan kegiatan untuk menyambut Bulan Rajab. Tapi ternyata
tidak hanya seputar kegiatan itu yang kami bicarakan. Teman teman yang lain
saling menceritakan bagaimana kehidupan di desaku dulu.
Mereka menceritakan siapa saja yang telah berjasa dan
bersusah payah membangun karakteristik islami di desaku. Apa saja yang “pahlawan
– pahlawan” itu lakukan untuk desaku. Salah satu pahlawan yang telah membuat
desaku cukup nyaman saat ini adalah guru ngaji kami. Ya, guru ngaji yang setiap
hari memberi kami ilmu. Yang dengan sabar mendidik kami, penuh kasih sayang dan
kelembutan dalam memberitahu ilmu baru pada kami.
Guru kami yang tidak pernah marah meskipun kami selalu
lupa dengan apa yang telah diajarkannya, meskipun kami membuat kegaduhan di
dalam masjid, meskipun kadang kami tidak datang untuk membersihkan masjid,
meskipun kami datang dengan sangat amat buta tentang agama kami, meskipun kami
sering tidak menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Ya Allah, sayangi guru kami
itu, jadikanlah beliau dan keluarganya menjadi orang-orang yang dirindukan
syurga. Amiin.
17 tahun sudah aku hidup disini. Tapi aku baru
mengetahui tentang desa ini sekarang. Payah!! Aku malu. Aku tidak tahu siapa
saja tetanggaku, yang aku tahu hanya mereka yang rumahnya dikanan, didepan dan
kiri rumahku saja. Aku sedih, aku belum bisa memberi apa – apa untuk desa dan
masjidku. Aku payah. Aku ingin disayangi oleh guru ngajiku. Tapi mana bisa?
Ngaji aja jadi ga pernah! Beres – beres masjid apalagi! Terus kamu hidup ini
ngapain aja dineeeeeee! Bangkit dong! Maknai hidup kamu! Hidupkan hidup kamu.
Ohya jadi takut, aku takut ketika desaku ini kehilangan
orang – orang seperti guru ngajiku. Akan seperti apa kedepannya kehidupan
disini? Jujur aku sudah sangat nyaman dengan guru ngajiku, jika saja salat
berjama’ah di masjid bukan beliau yang mengimami, perasaan dan kenyamanannya
berbeda. Ada sesuatu yang hilang. Seharusnya aku tidak boleh membeda – bedakan,
hem yaaaa, aku ingat satu kalimat yang aku baca dari buku LKS Agama kelas 2 SD.
“barang siapa memuliakan guru, maka dia memuliakan Rasulullah, barang siapa
memuliakan Rasulullah, berarti ia memuliakan Allah” yuuuu mulai dari memuliakan
guru ^^ hem sekarang teman, tetangga, dan saudara muslimahku bertambah banyak.
Aku jadi mengenal mereka : ) silaturahmi kunci sukses loh, guys _^
Aku tidak bisa menceritakan detailnya cerita – cerita
mereka, karna aku pikir ada beberapa yang bersifat rahasia dan sebagiannya lagi
bersifat tidak untuk dipublish, hehe.
Yang aku tangkap dari cerita mereka, intinya adalah
“hormati orang yang telah memperbaiki hidup kamu, maka kamu akan menjadi orang
yang mempunyai nilai atau arti dalam hidup orang lain dan hidupmu sendiri.”
Cobalah mulai untuk memberi arti atau nilai pada
kehidupan orang lain dan diri sendiri ^^