2011-01-14

Certita Asli . hahahaha


Tuhan... dimanakah mata hatinya -,-

 Sudah hampir 10 bulan aku mengabdi di toko tahu ini, aku dan teman” wanita yang lain selalu dikejutkan dengan kabar kabar yang tidak sedap selama ini. Memang ada dua orang yang lebih senior dari kami, yang juga bekerja disini. mereka sudah satu tahun mengabdi disini, sedangkan kami ber 4 baru sepuluh bulan, tetapi mereka sama sekali tidak ingin tahu mengenai masalah yang sedang dialami oleh toko. Mereka seperti ingin menjajah kami. Mungkin karna kami baru sebentar mengabdi di toko ini. Dan begitupun dengan bos kami. yang selalu ingin serba instan.  INSTAN ???

Tuhan, hamba dengan ikhlas mengabdi untuk toko ini, karena mungkin ini salah satu jalan rizki untuk hamba. Tetapi mengapa tidak ada sedikit toleransi dari kedua orang itu, padahal mereka rekan kerja kami, yang seharusnya saling membantu satu sama lain, apalagi mereka berdua lebih tau seluk beluk mengenai toko ini. Tapi mereka hanya berleha leha dan selalu mengerahkan urusan toko kepada kami, dan jika bos kami yang china itu sedang meledak ledak kemarahannya, mengapa hanya kami, wanita yang kena marahnya.

Tuhan, tidakkah bos kami tahu bahwa kami selalu memberikan segala sesuatu dengan baik, dengan hati ikhlas  kami diberi upah 5000 per hari, kami tetap mengabdi di toko ini. Tapi mengapa kerja keras kami selalu bernilai minus. Dengan kapasitas yang seadanya, kami pernah menghasilkan tahu tersehat se kota bandung, tapi dia, bos kami tida pernah menunjukkan bahwa kami patut dibanggakan.

Tuhan, masih adakah urat peduli di kedua teman kami itu, hanya beberapa minggu kedepan ini, kami akan menghadapi sebuah kompetisi besar. Tapi mereka tetap diam, ditengah kejamnya bos memaksa kami untuk memenangkan kompetisi itu, dengan peralatan seadanya, bahan bahan yang harus kami beli dari uang sendiri, kami ditekan untuk memenangkan kompetisi sulit itu.

Sudah tidak ada waktu, kami ber-empat menyiapkan segala kebutuhan untuk kompetisi itu, karena tidak mungkin untuk mengandalkan kedua teman kami itu. Hingga h-3 dari kompetisi, mereka berdua masih acuh dan tidak pernah sekalipun menanyakan kabar kompetisi. Bahkan mereka semakin jarang masuk ke toko. Tapi bos kami seperti menganak emaskan mereka berdua. Mereka tidak pernah kena api dari marahnya bos, bahkan ketika kami dimari karena toko sempat berantakan, mereka tetap masih bisa mendapatkan senyum dari bos, sedangkan kami?? Untuk mendapatkan senyum kecut yang asam pun sangat sulit.

Salah satu teman baikku mengusulkan untuk membatalkan mengikuti kompetisi itu dan berhenti dari toko ini, lalu membuka usaha tahu sendiri dengan modal patungan. Mungkin ide itu terdengar sangat gila, tapi kami semua telah sepakat.

Saat hari dimana kompetisi itu dimulai, kami tidak datang ke toko. Dan kami hanya meninggalkan sepucuk surat yang berisi surat pengunduran diri yang ditandatangani oleh kami berempat.

Beberapa tahun kemudian ....
Kami telah sukses membangun usaha tahu kami sendiri. Terimakasih kepada bos kami yang pernah menjadi jalan rizki untuk kami ber-empat. Bukan kami tidak mempunyai rasa terimakasih, tapi mungkin membuka usaha sendiri adalah yang terbaik untuk jalan hidup kami. Kami mempunyai begitu banyak pengalaman selama bekerja di toko tahu cikuk. Terimakasih untuk semua pengalaman yang pernah kalian berikan pada kami. Karena semua pengalaman itulah kami bisa mengecap manisnya sukses dengan kebersamaan, kepedulian, dan saling memahami.

No comments:

Post a Comment