2011-04-23

to be continue

Aku lebih memilih menjadi setangkai bunga mawar ungu yang kering daripada menjadi diriku yang tak berguna seperti ini.

Baiklah hari ini sedan biru yang mengantarkanku ke "Internasional Technologi's School". Sekolah favorite di Provinsiku. Banyak yang bilang bahwa sekolah itu hanya untuk orang orang terbaik dan terpilih. Menurutku tidak. Aku tidak merasa menjadi yang terbaik dan terpilih. Hidupku rumit. Dan ini hari pertamaku terlambat datang ke sekolah itu.Peraturan tetaplah peraturan. Aku berdiri diluar gerbang sekolah. Dan hanya aku yang terlambat hari itu. Sial. Adakah sekolah lain yang segesit sekolah favorite ini. Pelajaran pertama dimulai tepat puku 06.25. Tidak ada toleransi.
"Pagi pa .." Laki - laki dengan sweater hitam dan tas yang seperti tidak membawa apa - apa bergelantung bebas di bahu kanannya, celana abu yang sempit, kaus kaki putih dan sepatunya berwarna - warni. Dia lebih pantas menjadi ketua Cheerrleading.
"Aku anak baru disini, Pak." Laki - laki itu meneruskan.
"Silakan masuk." Dengan senyum yang tidak pernah tulus satpam itu membukakan gerbang yang tingginya mencapai dua meter itu. Aku tidak terima.
"Loh loh Pak, kenapa dia masuk sedangkan aku tidak? Ini tidak adil Pak." Jelas aku sangat geram. Laki - laki itu terlambat 20 menit. Sedangkan aku hanya 5 menit.
"Dia anak baru. Jadi masih ada toleransi. Sudah! Jangan protes." Satpam itu menutup kembali gerbang raksasanya.
Nampaknya laki -laki itu mendengar ocehanku terhadap Pak Satpam, dia menghentikan langkah kecilnya dan memutar lehernya 90 derajat. Tak sempat aku melihat wajahnya yang sepertinya tidak enak dipandang. Dia melanjutkan langkahnya.
^    ^    ^
"Tumben kamu terlambat, Gis? Gak ulangan Web Design deh. Susahnya minta ampun deh, Gis." Kira. Temanku.
"Tadi aku gak bawa mobil, Ra. Aku naik taksi dan macet. Ya terlambat deh. Hahaha Web Design sih kecil, Ra."
"Iya gampang, tapi gak 100 esai juga kali."
"Hah? Niat banget tu Guru."
"Rasain deh. Waktu ulangan susulan itu cuma 45 menit sayang. Hehehe yang sabar ya. Kita aja yang 60 menit ga ngerjain semua. Tapi percaya deh kamu kan master Web, 5 menit juga jadi . Ngisi identitas doang tapinye."
"Tega banget itu Guru nyiksa batin. Wah aku pulang taksi lagi deh."
"Ga dijemput?"
"Siapa yang mau jemput? Arwah ka Yuna?"
"Hati - hati kamu ngomong, Gis. Udah ah duluan, Papaku udah jemput tuh. Duluan ya Gis."
"Yo, hati - hati Ra."
^    ^    ^
Seperti biasa, taksi jarang yang lewat sekolah elit itu. Aku terpaksa jalan kaki. Tiba -tiba mobil dengan kecepatan sekitar 80 km/jam membuat sekujur tubuhku basah kuyup dan kotor.
"Hei.. Berhenti lu!!!!!" Tapi mobilnya tetap melaju dengan kepedean yang sangat tinggi. Tapi aku ingat satu hal dari mobil itu. "R A V 7"
^    ^    ^
Sore itu aku sedang nonton dvd baruku, ditemani kue bikinan si mbok.
Terdengar suara mobil parkir. Aku pikir itu Ayah, dia janji akan pulang bulan ini setelah tiga bulan aku ditinggal berdua dengan si mbok. Aku tatap jendela dan aku beranjak dari dudukku. Ternyata mobil itu parkir di depan rumah yang sejak aku pindah ke komplek ini rumah itu tidak ada yang menempati. Tepat disebelah rumahku.
"Keliatannya ada tetangga baru ya, mbok. Asik asik, ada temen baru nih"
"Sepertinya ia non. Ya mudah - mudahan non Gisa punya temen main. Biar ga diem dirumah terus. Mbok ke dapur dulu non.:
"Yo mbok, aku keluar dulu ya, mau silaturahmi. Hehe"
Aku simpan kue enak itu dan aku bergegas keluar untuk menyambut tetangga baru. Orang - orang di perumahan ini sangat individualis. Tiga bulan aku menempati rumah ini, tidak ada seorangpun yang pernah menemaniku bermain basket atau bersepeda. Semua kegiatan selalu aku lakukan sendiri.
"Sore tante.. " Aku suguhkan senyum hangatku dan ku ulurkan lengan kananku untuk meraih telapak tangannya dan ku tempelkan di pelipis kananku.
"Tinggal dirumah ini tan?" Kembali ku tersenyum.
"Ia cantik. Kamu tinggal disebelah. nak?" Wanita itu tersenyum. Nampak ramah.
"Ia tante, wah asik punya tetangga baru. hehe"
"Mah, Eky pake kamar atas ya." Laki - laki tampan dengan baju putih. Dia putra tunggal wanita yang sedang berbincang denganku.
"Ia. Sini dulu ky. Kenalan dengan tetangga baru. Ayo." Ajak wanita itu pada anaknya.
"Eky" Dia menyodorkan tangan kanannnya.
"Gisa" Aku sambut dan kita berjabat tangan.
"Tante tinggal dulu ya. Kalian ngobrol aja dulu." Sepotong senyumnya mengiringi langkahnya membelakangi kami. Senyum wanita itu membuatku rindu pada mamah. Mengapa kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaanya. Sampai tidak ada  waktu untukku. Setiap pengambilan rapor, pasti hanya aku yang tidak bersama orang tua.
"Sekolah dimana ky?"
"Di Internasional Technologi's School. Kamu Gis?"
"Wah sama dong. Aku juga disitu. Tingkat berapa?" Tingkat itu sama dengan semster. Di sekolah itu, kita naik kelas per satu semester.
"Harusnya Tingkat 4, tapi aku lulus test di tingkat 5. Yaudah aku ambil yang tingkat 5. Kamu?"
"Aku emang tingkat 5. Hebat dong pindahan dari SMA bisa lolos TIngkat 5. Pernah kursus ya?"
"Ya begitulah. hehehe. Wah kita satu sekolahnih. Bisa berangkat bareng dong ya"
"Eky, tolong ambilin tas mamah di mobil" Terdengar suara wanita tadi memotong pembicaraan aku dan Eky.
"Sebentar ya" Tampan dan ramah. Tubuhku mengikuti gerak tubuh lelaki itu menghampiri mobilnya. "R A V 7"
"Hei.. Jadi kamu?? Oh My God. Beruntung sekali aku menemukanmu disini." Aku teringat akan peristiwa tadi siang.
"Ya, kenapa Gis?" Dia tetap ramah sementara musuhnya telah ada dihadapannya. Bagaimana bisa.
"Kamu ingat cewek berseragam putih hitam yang tadi basah kuyup karna mobil kamu itu?"
"Oh yang tadi. Aduh jadi itu kamu? Maaf deh. Tadi aku liat dari spion, kamu ga jatoh ataupun berdarah. Jadi aku lanjut aja, Gis. Sorry deh, beneran gak tau kalo disitu ada kubangan air"
^    ^    ^
Boro - boro deh pengen berangkat bareng. Tampan sih ia. Gak sopannya itu yang bikin risih.

No comments:

Post a Comment